Kamis, 16 April 2009

PISUHAN BUDAYA AREK
Endang Sholihatin

Bahasa merupakan alat komunikasi manusia sehingga manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Bahasa yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari merupakan cara untuk mengungkapkan ide-ide dan pikiran-pikiran kepada orang lain. Bahasa juga dapat mempengaruhi orang lain serta dapat dijadikan sebagai alat untuk mengangkat anggota masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan untuk menjadi masyarakat yang kuat, bersatu dan maju. Ragam bahasa dalam interaksi manusia bermacam-macam. Manusia mempunyai ragam bahasa yang dipengaruhi oleh pikiran, emosi, dan budaya manusia. Ragam bahasa dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari bagaimana manusia mengungkapkan rasa senang, bangga, kagum, benci, sedih, kecewa, kesal, sakit hati, dan sebagainya. Ekspresi manusia dalam mengungkapkan perasaannya melalui bahasa bermacam-macam, salah satunya melalui pisuhan. Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) (1976: 624) menjelaskan “pisuhan” merupakan kosakata bahasa Jawa yang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia, disamping itu bahasa Indonesia juga tidak memiliki kosakata yang mampu mengklasifikasikan bermacam-macam pisuhan berdasarkan kekhasannya.
Kata-kata pisuhan sering digunakan oleh anak-anak, remaja, dan juga orang dewasa dengan latar belakang situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Semua lapisan masyarakat, baik itu masyarakat yang berprofesi/ berkelas sosial rendah, menengah ataupun tinggi tidak lepas dari penggunaan kata pisuhan. Kata-kata pisuhan yang digunakan oleh masyarakat sangat lekat dengan budayanya, penelitian ini meneliti penggunaan kata pisuhan pada budaya arek Surabaya.
Budaya Arek Suroboyo merupakan salah satu sub-kultur budaya Arek yang di kenal dalam berbagai wilayah geografis di Jawa Timur, seperti Malang, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Jombang, sebagian Kediri dan Blitar (Jawa Pos, 2007). Media komunikasi lokal yang biasa digunakan masyarakat Surabaya dikenal dengan bahasa arek. Bahasa lekat dengan budaya masyarakat, kata-kata pisuhan dalam budaya arek mempunyai karakteristik yang khas. Budaya arek yang masih lekang adalah sapaan Cuk atau diancuk (Kompas, 2001). Oleh sebagian orang (tidak terbatas orang di luar Surabaya, tapi juga orang Jawa Timur sendiri) menganggap bahasa Suroboyoan cukup kasar (M. Djupri, 2008). Meski ada anggapan orang luar Surabaya bahwa bahasa arek Surabaya kasar, menurut Cak Kadaruslan meski kasar, tapi bahasa Surabaya memiliki unggah-ungguh tergantung kontekstual pemakaiannya (Suara Surabaya, 2008). Penggunaan kata-kata pisuhan pada budaya Arek Surabaya sering diucapkan pada suasana cangkrukan, permainan adon doro (adu balapan burung dara) yang merupakan budaya arek yang masih melekat, serta pada interaksi antar anggota masyarakat di Surabaya.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti (April-Mei 2008) kata pisuhan yang digunakan pada budaya arek Surabaya yaitu jancuk (dancuk, ancuk, jancik, ancik, cuk), gathèl ( gatèl, nggatèli, nggathèli), jamput (damput), jaran, jangkrik, wedus, matamu, bajingan, taèk, asêm, jambu, asu, patèk (Madura; anjing), kémpas (walikan dari sémpak), dan lain-lain. Penggunaan kata-kata tersebut ada juga yang dirangkai, misalnya jancuk_asu, taè-k_asu, dan cuk_gatèli.
Penelitian mengenai penggunaan kata pisuhan ini cukup menarik karena pertama dalam interaksi antar individu di masyarakat kita sering mendengar kata-kata pisuhan yang biasanya muncul dalam komunikasi. Kedua ragam kata-kata pisuhan sangat banyak karena dipengaruhi oleh budaya. Ketiga terdapat paradoks dimana kata-kata pisuhan merupakan bahasa tabu diucapkan namun dalam interaksi antar individu kata-kata pisuhan malah sering diucapkan. Keempat Budaya Arek Surabaya dikenal orang dari luar Surabaya kasar. Kelima penelitian mengenai kata-kata pisuhan jarang dilakukan.
Manfaat penelitian ini adalah pertama manfaat teoretis, mengembangkan kajian deskriptif macam-macam kata pisuhan untuk menambah teori dalam ilmu linguistik terutama psikolinguistik, pragmatik, dan analisis wacana. Kedua manfaat praktis, mengetahui deskripsi macam-macam kata pisuhan dan deskripsi konteks penggunaan kata-kata pisuhan digunakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar